Saturday, August 6, 2016

Pengalaman memakai BMW E46 (my first European car)

Sejak kecil disaat saya tidak mengerti tentang mobil, saya selalu menyukai merk BMW, entah kenapa saya seolah punya ikatan tersendiri dengan merk itu. Sampai akhirnya pada bulan Oktober 2014 saya akhirnya bisa membeli mobil tersebut yaitu BMW seri 3 dengan kode bodi E46, tepatnya 325i bermesin M54B25, a dream come true.


Saya akan menceritakan keluh kesah, suka duka bersama E46 ini yang saya namakan "Mischa".

Cerita bermula saat saya mencari mobil impian saya sejak kecil, pencarian pun dimulai dari situs modcom, OL* dan sebagainya. Tidak lupa saya juga melakukan research tentang perawatan dan masalah yang akan saya hadapi jika memilih mobil ini. Jujur sempat jiper, terutama masalah transmisinya.

Pada awalnya teman saya menyarankan untuk memilih BMW E36, dikarenakan perawatannya yang tidak semahal dan serumit model selanjutnya. Tetapi setelah banyak pertimbangan, akhirnya saya memutuskan untuk memilih E46 sebagai my next best friend.

Setelah berminggu-minggu mencari akhirnya saya mendapatkan unit di daerah Jakarta Timur, setelah bernego ria akhirnya deal di harga Rp. 105 jetong. Dan dari sini lah petualangan dimulai. Jujur unit yang saya dapat jauh dari sempurna, tetapi pemilik sebelumnya memberikan bon perawatan sebelumnya yang cukup membuat saya tenang. Well ternyata tidak seindah impian saya,..

Hari pertama saya pakai sudah ada 3 masalah atau "PR" yaitu:
1.  Air radiator cepat habis
2. Mesin agak pincang
3. steering rack agak oblak

Sementara sih itu dulu, jadi saya langsung melakukan hobi para pemilik BMW tua yaitu NGEBENGKEL. Waktu di scan saya mendapatkan coil nomor 4 mati jadi langsung diganti, harganya kalo ga salah waktu itu 400ribuan belum ongkos. Yowes lah yaa.. pincangnya hilang. Eits.. ternyata waktu sorenya muncul lagi dong gejala pincangnya #tepokjidatgebetan. Balik lagi deh ke bengkel, dan scan ulang, ketemu lah coil nomor 4 lagi.. (what the..) yawes dibenerin. Dan mulus lagi... For a while..
Besok pagi pincang lagi mesinnya (stress ga sih..), balik lagi ke bengkel dan akhirnya diputuskan untuk tune up sekalian carbon clean, dan akhirnya ketahuan kalau businya gado-gado makanya pincang terus (damn). OK lah abis itu kelar deh (or so I thought..)

Besok paginya waktu saya mau kerja muncul dong logo gear. apa lagi iniii??? Ini artinya transmisi masuk dalam Limp Mode atau Safe Mode, intinya ini gear cuma bisa jalan pada gigi 3 atau 4 saja, tidak bisa dipindah jadi bayangin lemotnya kayak apa terutama waktu abis berhenti.

Mimpi buruk saya tentang transmisi terjadi di hari ke 3 pasca pembelian. Akhirny ngebengkel lagi doong dan ganti gear selector harganya 3 jutaan. Beres dehh, (for a while).

Beberapa hari tidak ada masalah, akhirnya mesin saya overheat dan saya harus berhenti dipinggir jalan buat isi lagi air radiator.. (Noooo).. Ngebengkel lagi ganti ekspansion tank, thermostat, steering rack copotan dll plus ganti brake booster (soalnya waktu injak rem ada suara angin, ketahuan kalau brake boosternya bocor) 4 jutaan unitnya #gigitjempol

Beberapa minggu santai sambil modif gaya anak muda, velg, coilover, knalpot, camber kit (nanti akan saya paparkan). Dan sampai pada saat dimana girboks saya jebol di tengah jalan dan ga bisa gerak sama sekali, bikin macet cuyy.. Malu sampai ke ubun ubun BMW di derek..


That's it for the f*ckin gearbox, akhirnya saya ambil langkah radikal yaitu swap ke transmisi manual, saya percayakan ke bengkel spesialis BMW di Bambu Apus yaitu RDM motor (sekalian promosi tapi ga dibayar hehe).

BMW saya nginep di RDM kira-kira 3 minggu sampai selesai, saya pakai girboks manual 5 speed dari E36 M43 beserta short shifter dan sekalian ganti spidometer jadi MPH #cool.


Saya juga cabut ASC (Traction control BMW) karena memang agak masalah, jadi saya murni nyetir BMW tanpa traction control, jadi harus ngasah skill #cieeh
Tapi jujur mobil ini jadi super responsif sejak jadi manual, berani deh lawan mobil V6 Jepang.

Well setelah itu tidak ada masalah berarti lagi, cuma ganti oli dan isi bensin saja. Beberapa bulan kemudian.. knalpot saya abis oli mesin dan sering keluar asap putih tipis #vangkeee.. akhirnya ganti packing silindernya sama oil separator lengkap dengan selang-selangnya (yang dimana saya baru tahu kalau pemilik sebelumnya mengganti selang bukan original makanya gampang getas dan bocor #sheesh...

Well that's all sampai sekarang aman banget, tidak ada PR aneh-aneh, Tinggal sensor oli, sensor ABS, kaki-kaki, sama cat ulang semua buat hilangin karat (yess karat) #forgodsake..

Seperti yang saya janjikan, ini daftar modif E46 saya:
1. Swap to manual gearbox ex E36 M43 5speed with short shifter
2. Speedometer MPH
3. Velg MK Motorsport ori R17
4. Spacer 1,5cm
5. Camber kit
6. Knalpot remus
7. Coilover TA technix ( ini coilover paling murah yang saya temukan, asal Swedia, harga 6,5 jutaan, cukup buat mobil ceper tapi ga lebay, masih bisa harian. Kekurangannya cuma bisa setel ketinggian tapi tidak bisa setel level keras lembutnya. Dan tidak disediakan link stabilizer jadi harus putar otak buat pasang yang orinya)


FAQ
1. Apakah saya puas?
    Sangat
2. Apakah ada rencana menjual E46 saya?
    Tidak
3. Apakah saya berencana membeli BMW lain?
    Ya tapi bukan keluaran terbaru, saya berencana membeli E36 untuk harian
4. Berapa biaya total dikeluarkan sampai saat ini?
    Tidak tahu persis nominalnya, setidaknya sudah 30 juta
5. Apakah ada proyek selanjutnya untuk E46 saya?
    Ya, stroke up mesin ke 3000cc, pasang throttle controller, ganti warna, ganti head unit, strut bar
6. Pengalaman terbaik saya bersama E46?
    BMW adalah brand dengan penggemar terbanyak di dunia, tapi tidak banyak yang mau dan rela merawatnya sampai bertahun-tahun. Terutama di Indonesia, BMW bukan jenis mobil yang sering terlihat dijalan apalagi jenis yang tua, karena itu jika kita berpapasan dengan penggemar lainnya, kita seolah memiliki ikatan dan saling menghormati walaupun kita tidak kenal satu sama lain.#allbimmerarebrother



Moral of the story
Saya memilih seri ini karena E46 adalah BMW terakhir yang menggunakan 30 persen komputer dan 70 persen mekanikal, sehingga perbaikannya lebih mudah dan bahkan jika anda senang mengerjakan sendiri bisa menekan biaya perbaikan. Berbeda dengan seri keluaran selanjutnya dimana kebanyakan diatur oleh komputer dan kebanyakan perbaikannya hanya bisa dilakukan di bengkel khusus atau dealership yang biayanya merampok, bahkan diluar negeri sering disebut "stealership".
Saran saya untuk yang ingin memilih BMW untuk jadi sahabat sehari-hari, pilih BMW keluaran 2004 kebawah, karena lebih sederhana dan modelnya cenderung timeless. Dan model dibawah tahun 2004 juga memiliki banyak barang copotan yang pastinya jauh lebih murah dan juga kita memiliki banyak komunitas yang siap membantu.

Me with BMW E46 Indonesia



Once you drive Bimmer, you'll never go back



10 comments:

  1. tks...pengalaman yg menarik. sy pengguna e36 dan lg berminat pd e90

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  3. Mohon ijin bertanya mas.
    Kalau diubah ke transimisi manual itu perbandinyan irit tidaknya itu cukup signifikan apa gimana ya mas? Terus total biaya penggantian keseluruhan supaya transimisinya sudah ke manual fix gitu habis berapa ya.
    Terimakasih atas tanggapannya.

    ReplyDelete
  4. Biaya swap ke manual total brp?

    ReplyDelete
  5. karena banyak yg nanya, siapin aja dana 20jtan (tergantung bengkel) buat swap E46 ke manual masbro

    ReplyDelete
  6. Syukur deh aku dapet yg Aman Aman aja 😆 (not really 😂)

    ReplyDelete
  7. Setelah ganti manual bbm jadi banding brapa bg?

    ReplyDelete
  8. nice share kakak, merawat mobil e46 emang harus telaten, sejuta cerita deh dengan e46.
    kunjungi juga yakk blog aku http://aguswahyuannasir.blogspot.com/ aku juga share cerita tentang e46 325i.

    ReplyDelete